Senin, 19 Oktober 2009

Melodi Takbir

Subuh bergemuruh, seakan semesta yang luas ini ingin mengabarkan bahwa kumandang takbir telah bersahut-sahutan seumpama sebuah melodi dengan syair – syair dahsyat. Allahu Akbar..Allahu Akbar…Allahu Akbar….Alla…..hu akbar……

Takbir itu memantul dari satu kuping ke kuping lain seolah –olah terus dan terus melukiskan bahwa tidak ada yang dapat mengalahkan kebesaranNya, Allah Yang Maha Besar..Allah Yang Maha Besar….

Sudah waktunya, aku harus bangkit dari tempatku, mengambil air wudhu dan menghadap kepadaNya dengan segenap jiwa dan raga. Tak pernah ada rasa bosan mendengar gemuruh takbir di setiap waktu shalat. Takbir seperti sebuah senandung mahligai yang menjulang tinggi, menusuk ke hati, merayap di relung-relung jiwa, membuat kepala memanas hingga dapat meneteskan air mata. Sayang, tak banyak orang yang ingin menghayati ataupun mendengar takbir yang dahsyat itu, kebanyakan teman-temanku lebih suka mendengar Ariel “peterpan” angkat suara mendendangkan lagu – lagunya yang dapat melenakan berjuta remaja di negeriku atau mendengar Gita Gutawa, dengan suara khasnya yang melengking. Dahulu kala saat aku masih terlena dengan tarian - tarian duniawi dengan globalisasinya yang memacu kami para remaja untuk mengejar mode kebarat-baratan, aku hanya menyambut takbir dengan wajah riang sumringah saat lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, selebihnya biasa saja bahkan terkadang malas rasanya mendengar takbir tatkala waktu shalat tiba. Namun, Alhamdulillah, ketika aku telah menapaki dinding – dinding pintu untuk mengetuk hidayahNya berusaha menjemputnya dan menggenggamnya erat – erat, takbir menurutku senandung yang bisa membangkitkan sesuatu dalam diriku, entah itu apa.

Saat aku menapaki jalan yang dikehendakiNya, aku sering menangkap melodi Takbir yang aduhai..melodi ini bukanlah lagu tetapi senandung yang merangkap dahsyatnya. Beberapa hari yang lalu, saat kakak – kakak yang membimbingku meneguk ilmu Allah seruput demi seruput mengajakku ke sebuah acara, Tablig Akbar, acara yang besar mengundang ratusan masyarakat dan aku bergerak selaku panitia. Disana kurasakan tubuhku merinding hebat, tak pernah kudapati tubuhku sedemikian rupa, takbir bergema terus dan terus bergema melengking, menyobek dinding – dinding hatiku yang berusaha menghalangiku menuju jalanNya. Glek - glek, aku menelan ludah berkali – kali karena akupun tak ingin ketinggalan melantunkan takbir. Nasehat kepada ummat menjadi ajang senandung takbir, hal ini biasanya tercipta dalam bentuk formal. Salah satunya acara yang telah kusebutkan tadi, adapula dialog muslimah, dialog islam terkini, diskusi public, talk show untuk para remaja, halal bi halal, dan banyak lagi. Di setiap acara yang diadakan, selalu ada takbir yang menghiasi dinding – dinding ruang acara. Bergemuruh deras memecah kesunyian, berusaha meraih indahnya semangat perjuangan. Perjuangan yang tidak akan pernah berhenti bahkan hingga tegaknya Daulah Khilafah Islamiyyah, solusi di atas solusi.

Melodi takbir yang paling dahsyat kutemukan dalam sebuah kegiatan yang serangkaiannya memang meneriakkan takbir yakni nasehat kepada para penguasa, diadakan dalam sebuah rangkaian acara mashiroh atau long march atau kalau bingung dengan dua kata itu maka sebut saja aksi damai, kalau masyarakat awam mengatakannya demo padahal beda lho, kalau dalam pandangan kita demo khan identik dengan kekerasan dan mengganggu kenyamanan sedangkan aksi damai ini sama sekali tidak mengganggu kenyamanan apalagi melakukan kekerasan. Acara ini diadakan dengan sangat tertib. Awal - awal aku mengikuti acara ini, tubuhku bergetar dan tak henti kepalaku memanas untuk kemudian menumpahkan kristal – kristal di pelupuk mataku. Bagaimana tidak? Aku melihat segerombolan orang yang berbaris dan berjalan tanpa henti-hentinya meneriakkan takbir. Ibu dan anaknya, sesekali ibu tersebut menggendong anaknya sambil berjalan, kakak dan adiknya, kebanyakan dari mereka teman dan temannya. Itu pada bagian akhwat entah ikhwan karena aku berada pada barisan akhwat, bibirku sampai gemetaran menggigil tanpa bisa kukendalikan sangking kuatnya takbir yang menggema di atap langit kota Makassar saat itu. Ah.. terlalu kuno jika engkau mengatakan nyanyian – nyanyian duniawi adalah senandung yang paling indah untuk didengarkan, sangat klasik bahkan sangat kuno atau mungkin saya berani mengatakan sangat ketinggalan dan tidak mempunyai arti. Cobalah untuk merasakan gemuruh takbir berkibar di relung – relung jiwamu, cool…..keren sekali….kalian akan merasakan sesuatu yang tidak pernah kalian rasakan sebelumnya, sebuah semangat pembangkit diri.

Takbir……..kembali perawan meneriakkan di barisan akhwat terpantul – pantul hingga ke ujung barisan diikuti oleh masyarakat sekitar yang mendengar gelegarnya. Tak ketinggalan suara ikhwan menggema hingga akhwatpun menirukan dan mengikuti lengkingan takbir tersebut. Biasanya long march diadakan ketika ada hal yang penting untuk disampaikan kepada para penguasa begitupula masyarakat sekitar. Hal penting yang kerap kali dianggap tidak penting atau bahkan dicueki oleh para penguasa bahkan rakyat padahal itu adalah hal yang amat penting untuk yang merasa beragama islam. Yang paling besar adalah long march memperingati 1 Muharram 1430H menuju tegaknya daulah khilafah islamiyyah dan pembelaan terhadap masyarakat palestina yang dibantai oleh zionis Israel. Lengkingan – lengkingan takbir tak henti membagi gemuruh untuk mengingatkan kebesaranNya, mengingatkan manusia ketika manusia hendak sombong berjalan di muka bumi ini.

Bendera – bendera islam bertuliskan “ laa ilaha ilallah muhammadarrasulullah” mengantar kepergian kami untuk melaksanakan mashiroh tersebut. Long march kali ini diadakan secara universal di 32 propinsi seantero bumi pertiwi ini. Aku bisa merasakan gemuruh takbir yang memantul dari satu kota ke kota yang lain. Begitu kuat, begitu dahsyat dan kembali mengingatkan kaum muslim di seluruh dunia bahwa kita adalah satu tubuh, kita memiliki kewajiban yang pantas dan kita adalah mahluk yang tidak diciptakan begitu saja melainkan dengan tugas – tugas yang nyata, maka mengapakah sebagian dari kita mengacuhkan tugas – tugas yang nyata itu bahkan hingga saudara kita terbunuh dengan sadis oleh tangan – tangan Amerika dan Israel sekutunya. Terkadang hati ini juga pilu sebab di atap keluarga yang kuhuni hanya aku seorang yang tampak siap berjuang di jalanNya meski aku sedang berusaha untuk mengajak yang lainnya.

Satu yang pasti melodi takbir akan terus menggelegar layaknya guntur yang membuat manusia – manusia gemetar. Dan hal itu tidak akan pernah berhenti meski orang – orang kafir menginginkannya.Takbir….. Allahu Akbar…..

1 komentar:

  1. assalamualaikuuuuuuuuum
    wetzz yang jago nulis akhirnya tersalurkan...
    hehehe... de na uwissengi aga lo u roki... ^_^
    Wulan_simply

    BalasHapus

Tafaddal...insya Allah akan sangat membantu...Kawan