Kamis, 12 November 2009

Penentuan adanya vitamin pada suatu bahan

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Seringkali masyarakat mengesampingkan zat gizi mikro, padahal tanpa gizi mikro tubuh kitapun tidak akan stabil sebagaimana lazimnya tubuh yang sehat. Vitamin adalah salah satu dari gizi mikro yang kerap kali dikesampingkan, padahal akibat dari defisiensi vitamin amatlah fatal. Vitamin merupakan bahan makanan bukan penghasil energi, sehingga harus diberikan dalam makanan sehari-hari untuk mendapatkan kesehatan yang optimal.
Meskipun jumlah yang diperlukan sehari-hari relatif kecil, yaitu berkisar antara mikrogram sampai beberapa miligram, namun hal tersebut tetap harus diperhatikan karena manusia hidup tidak hanya dengan gizi makro tetapi juga dengan tambahan gizi mikro, jika kita menganalisis fungsi dari vitamin-vitamin tersebut maka akan lebih memperjelas bahwa vitamin memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh kita. Beberapa fungsi vitamin yakni, vitamin A berfungsi mempertahankan struktur dan fungsi jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan proses penglihatan. Vitamin D berfungsi meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dalam saluran pencernaan, mempunyai peranan penting pada proses klasifikasi, dan berhubungan dengan aktivitas enzim fosfatase alkali di dalam serum. Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim pada reaksi-reaksi metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 berfungsi sebagai koenzim pada metabolisme asam amino, diantaranya pada proses-proses dekarboksilasi dan transminasi. Vitamin C berfungsi mempertahankan keadaan zat-zat intersel jaringan cartilago, dentin dan tulang. Setelah menganalisis sedikit dari fungsi beberapa vitamin, dapat kita simpulkan betapa peran vitamin sangat besar bagi tubuh kita sehingga menyepelekannya sama saja menyepelekan tubuh sehat. Vitamin memiliki fungsi khusus yang tidak dapat digantikan oleh zat lain. Kebanyakan vitamin berperan sebagai koenzim dalam berbagai reaksi di dalam tubuh, karena itu dapat dipahami bahwa kekurangan vitamin dapt mengganggu kelancaran reaksi-reaksi biokimia demikian halnya apabila tubuh kelebihan vitamin, oleh karena itu percobaan ini penting untuk dilakukan.
I.2 Tujuan Percobaan
I.2.1 Tujuan Umum
1. Mempelajari sifat-sifat vitamin.
2. Membuktikan adanya vitamin dalam suatu bahan secara kualitatif.
I.2.2 Tujuan Khusus
1. Penentuan Adanya Vitamin A
Membuktikan adanya vitamin A dalam suatu bahan secara kualitatif.
2. Penentuan Adanya Vitamin D
Membuktikan adanya vitamin D dalam suatu bahan secara kualitatif.
3. Penentuan Adanya Vitamin B1
Membuktikan adanya vitamin B1 secara kualitatif.
4. Penentuan Adanya Vitamin B6
Membuktikan adanya vitamin B6 secara kualitatif
5. Penentuan Adanya Vitamin C
Membuktikan adanya vitamin C dalam suatu bahan secara kualitatif.
I.3 Prinsip Percobaan
Pada percobaan pertama yakni penentuan adanya vitamin A bertujuan membuktikan adanya vitamin A dalam suatu bahan secara kualitatif. Teori menjelaskan vitamin A ialah suatu alcohol dengan berat molekul yang tinggi. Sumber vitamin A adalah karoten dan karotenoid yang banyak terdapat dalam bahan-bahan nabati sebagai provitamin. Dalam jaringan hewan, vitamin A diperoleh dala bentuk retinol. Vitamin A stabil di bawah atmosfir, tetapi cepat kehilangan aktivitasnya bila dipanaskan dengan adanya oksigen, terutama pada suhu tinggi, vitamin A dapat rusak bila dioksidasi atau dihidrogenasi. Penentuan adanya vitamin A dapat dilakukan dengan 2 metoda, yakni dengan pereaksi Carr-Price atau pereaksi Trikloroasetat (TCA). Vitamin A dengan pereaksi Carr-Price akan memberikan warna biru, kemudian berubah menjadi coklat. Intensitas warna biru sebanding dengan banyaknya vitamin A yang terkandung dalam suatu bahan. Oleh karena itu, reaksi dapat dijadikan dasar penentuan kuantitatif vitamin A secara kolorimetri, seperti pada percobaan pertama.
Pada percobaan kedua yakni penentuan adanya vitamin D bertujuan membuktikan adanya vitamin D dalam suatu bahan secara kualitatif. Di alam terdapat dua jenis vitamin D yang penting, yaitu vitamin D2 (viosterol atau ergokalsiferol) yang banyak bersumber dari bahan nabati seperti ragu dan jamur. Pada umumnya, vitamin D stabil terhadap pemanasan, asam dan oksigen. Vitamin D secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara dan cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D, tetapi vitamin A akan rusak. Maka dari itu, pada percobaan ini dilakukan pemanasan dan pengujian dengan pereaksi Carr-Price untuk membuktikan hal tersebut.
Lain halnya pada percobaan ketiga yakni penentuan adanya vitamin B1 yang bertujuan membuktikan adanya vitamin B1 secara kualitatif. Vitamin B1 atau Thiamin mengandung sistem dua cincin, yaitu inti pirimidin dan thiazol. Dalam tanaman, terutama serelia, vitamin B1 terdapat dalam keadaan bebas, sedangkan dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim, yaitu thiamin pirofosfat (TPP). Vitamin bersifat larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak. Dalam larutan netral atau alkalis, thiamin mudah rusak, sedangkan dalam keadaan asam tahan panas. Thiamin stabil pada pemanasan kering, tetapi mudah terurai oleh zat-zat pengoksidasi dan terhadap radiasi sinar ultraviolet. Sedangkan pada penentuan adanya vitamin B6 yang bertujuan membuktikan adanya vitamin B6 secara kualitatif. Dalam vitamin B6 terdiri atas tiga bentuk senyawa, yaitu pirodoksin, pirodoksal, atau pirodoksamin. Ketiga bentuk vitamin B6 terdapat dalam hewan maupun tumbuhan, terutama pada beras atau gandum. Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam. Pirodoksal dan pirodoksamin mudah rusak oleh pemanasan, udara, dan cahaya. Dari ketiga bentuk vitamin B6, hanya pirodoksin yang paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan. Maka dari itu dalam percobaan ini larutan pirodoksin akan diuji dengan membandngkan penambahan larutan CuSO4 dan NaOH dengan FeCl3. Masing-masing akan menunjukkan warna berbeda apabila reaksi positif.
Terakhir, penentuan adanya vitamin C bertujuan membuktikan adanya vitamin C secara kualitatif. Vitamin C di alam terdapat dalam dua bentuk, yaitu bentuk teroksidasi dan tereduksi. Keduanya memiliki keaktifan sebagai vitamin C. Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur-sayuran berwarna hijau dan buah-buahan terutama yang masih segar. Vitamin C larut dalam air dan agak stabil dalam larutan asam, tetapi mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan. Proses oksidasi akan dipercepat dengan adanya tembaga, oksigen dan alkali. Maka dari itu pada percobaan ini digunakan larutan asam askorbat yang diuji dengan pereaksi benedict dan penetralan dengan menggunakan NaHCO3 5%.
I.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah menginformasikan kepada mahasiswa sifat-sifat berbagai macam vitamin dan cara membuktikan adanya vitamin dalam suatu bahan secara kualitatif. Vitamin – vitamin tersebut adalah vitamin A, vitamin D, vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin C. Agar mahasiswa dapat memahami dengan baik hal tersebut dan mengaplikasikan hal tersebut ke dalam profesinya maupun aktivitasnya sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Vitamin
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan.1
Vitamin juga merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan.2
II.2 Sejarah Penemuan Vitamin
Sejarah penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakan adanya zat yang bertindak sebagai faktor diet esensial dalam kasus penyakit beri-beri. Pada tahun 1897 ia memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh anak ayam yang serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut terjadi setelah binatang diberi makan yang terdiri atas beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan memberi makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil penemuan yang menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor lain yang penting selain karbohidrat, lemak dan protein sebagai energi, mendorong para ahli untuk meneliti lebih lanjut tentang vitamin, sehingga diperoleh konsep tentang vitamin yang kita kenal sekarang. Pada saat ini terdapat lebih dari 20 macam vitamin.1
Pada lieratur lain, dikemukakan istilah vitamin pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashmir Funki di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat ini dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsur nitrogen (amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamine yang ternyata tidak merupakan amine. Oleh sebab itu, istilah vitamine kemudian diubah menjadi vitamin.2
II.3 Klasifikasi Enzim
Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek (1971)
Vitamin merupakan senyawa-senyawa organik yang memegang peranan penting dalam berlangsungnya berbagai proses vital di dalam tubuh. Vitamin memiliki peran sangat penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya agar metabolisme berjalan normal. Dengan mengetahui pentingnya peranan vitamin dalam kehidupan kita, maka percobaan ini pun dilakukan.
Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk sejumlah fungsi biokimiawi, dan umumnya tidak apat disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan. Vitamin yang pertama kali ditemukan, vitamin A dan B, ternyata masing-masing bersifat larut-lemak dan –air. Seiring semakin banyaknya vitamin ditemukan, vitamin-vitamin tersebut ternyata juga memperlihatkan entah sifat larut-lemak atau larut-air, dan sifat ini dipakai sebagai dasar bagi klasifikasi vitamin. Semua vitamin larut-air merupakan anggota vitamin B kompleks (kecuali vitamin C) dan vitamin larut-lemak yang baru ditemukan diberi simbol berdasarkan abjad (misalnya vitamin D, E, dan K). Terlepas dari sifat kelarutannya, vitamin-vitamin larut-air hanya memiliki sedikit persamaan bila dilihat dari sudut pandang kimia.
Vitamin B yang esensial bagi nutrisi manusia adalah (1) tiamin (vitamin B1), (2) riboflavin (vitamin B2), (3) niasin (vitamin B3), (4) asam pantotenat (vitamin B5), (5) vitamin B6, (7) vitamin B12, dan (8) asam folat.
Asam askorbat (vitamin C) merupakan antioksidan larut-air yang mempertahankan banyak kofaktor logam dalam keadaaan tereduksi.
Vitamin A (retinol) tidak hanya diwakili oleh vitamin A yang ada di dalam makanan, tetapi juga oleh provitamin (β-karoten) di dalam tanaman. Retinol dan asam retinoat dianggap bekerja melalui pengontrolan ekspresi gen, sementara retinal digunakan pada penglihatan dan berperan di dalam sintesis glikoprotein
Vitamin D merupakan senyawa steroid prohormon yang aktivitasnya diselenggarakan oleh derivat hormonnya, kalsitriol. Vitamin D digunakan dalam pengaturan metabolisme kalsium serta fosfor, dan tidak adanya vitamin D di dalam makanan akan menimbulkan penyakit rakitis serta asteomalasia.
Vitamin E (tokoferol) merupakan antioksidan yang paling penting di dalam tubuh, bekerja pada fase lipid membran di seluruh sel. Vitamin ini memberi perlindungan terhadap efek radikal toksik.
Vitamin K diperlukan bagi sintesis berbagai faktor pembekuan darah. Fungsi vitamin K sebagai kofaktot enzim karboksilase yang bekerja pada residu glutamat protein prekursor faktor pembekuan memungkinkan vitamin tersebut melakukan khelasi kalsium.
Semua vitamin larut-lipid memiliki sifat sebagai molekul hidrofobik dan apolar, serta sifat sebagai derivat isoprena. Semua vitamin larut-lipid membutuhkan absorpsi lemak yang normal agar penyerapan dapat berlangsung efisien, dan jika mekanisme ini terganggu, cenderung terjadi gejala defiseinsi.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak ikan, asam asetat anhidrid, kloroform, asam trikloroasetat (TCA), kristal SbCl3, H2O2 5%, asam askorbat 1%, pereaksi benedict, NaHCO3 5%, FeCl3 1%, kertas pH atau lakmus, tisu rol, dan kertas label.

3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, pipet ukur, sudip atau sendok, alat pemanas, pengatur waktu, penjepit tabung, dan sikat tabung.

3.3 Cara Kerja
1. Penentuan Adanya Vitamin A
A. 1. Ke dalam tabung reaksi, dimasukkan 10 tetes minyak ikan.
2. Ditambahkan 15 tetes kloroform, kemudian dicampur dengan baik.
3. Ditambahkan 4 tetes asam asetat anhidrid.
4. Selanjutnya, dibubuhkan sepucuk sendok kristal SbCl3 ke dalamnya.
5. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi.
B. 1. Ke dalam tabung reaksi, dimasukkan 10 tetes minyak ikan.
2. Ditambahkan 2 mL pereaksi asam trikloroasetat dalam kloroform.
3. Dicampur dengan baik.
4. Diamati warna yang terjadi.
2. Penentuan Adanya Vitamin D
1. Ke dalam tabung reaksi, dimasukkan 10 tetes minyak ikan.
2. Ditambahkan 10 tetes larutan H2O2 5%.
3. Campuran dikocok selama kira-kira 1 menit.
4. Kemudian, dipanaskan di atas api kecil perlahan-lahan sampai tidak ada gelembung-gelembung gas keluar. Diusahakan jangan sampai mendidih.
5. Tabung didinginkan di bawah air kran.
6. Selanjutnya, diuji dengan pereaksi Carr-Price seperti pada penentuan adanya vitamin A.
7. Diamati perubahan warna yang terjadi. Adanya warna jingga-kuning berarti vitamin D positif.

3. Penentuan Adanya Vitamin C
A. 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 tetes larutan asam askorbat 1%.
2. Ditambahkan 30 tetes pereaksi benedict.
3. Dipanaskan di atas api kecil sampai mendidih selama 2 menit.
4. Diperhatikan adanya endapan yang terbentuk. Warna hijau kekuningan sampai merah bata menandakan vitamin C positif.
B. 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 tetes larutan asam askorbat 1%.
2. Kemudian, dinetralkan larutan (pH=8) menggunakan NaHCO3 5%.
3. Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3.
4. Diamati warna yang terjadi. Adanya warna merah-ungu berarti vitamin C positif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Adanya Vitamin A
Bahan Prosedur A Prosedur B
Minyak ikan 10 tetes 10 tetes
Kloroform 15 tetes -
Asam asetat anhidrid 4 tetes -
SbCl3 kristal sepucuk sendok -
TCA dalam kloroform - 2 mL
Campurlah dengan baik
Hasil : Perhatikan warna yang terbentuk Coklat (+)
Biru kehijauan (+)


2. Penentuan Adanya Vitamin D
Bahan Tabung 1
Minyak ikan 10 tetes
Larutan H2O2 5% 10 tetes
Panaskan sampai tidak mendidih, lalu uji dengan pereaksi Carr-Price
Hasil : warna jingga-kuning (+/-) kuning (+)


3. Penentuan Adanya Vitamin C
Bahan Prosedur A Prosedur B
Larutan asam askorbat 1% 10 tetes 10 tetes
Pereaksi benedict 30 tetes -
pH larutan - 8
larutan FeCl3 1% - 2-3 tetes
Hasil : Perhatikan warna endapan yang terbentuk merah bata (+)
ungu (+)
B. Pembahasan
1. Penentuan Adanya Vitamin A
Penentuan adanya vitamin A dalam perconaan ini ialah dilakukan dengan menggunakan pereaksi Carr-Price dan pereaksi Trikloroasetat (TCA). Dalam percobaan ini, pada prosedur A yang menggunakan metoda pereaksi Carr-Price diperoleh hasil larutan yang berwarna coklat. Kemudian pada percobaan B yang menggunakan metoda pereaksi TCA diperoleh hasil larutan berwarna biru kehijauan. Ini menunjukkan bahwa bahan percobaan (minyak ikan) mengandung vitamin A.

2. Penentuan Adanya Vitamin D
Penentuan adanya vitamin D dilakukan dengan menggunakan metoda pereaksi Carr-Price. Adanya warna jingga-kuning berarti bahan tersebut mengandung vitamin D. Dalam percobaan ini, hasil yang diperoleh dalam uji ini adalah larutan berwarna kuning, berarti dalam minyak ikan tersebut terdapat vitamin D, sesuai dengan teori terdapat dalam buku.

3. Penentuan Adanya Vitamin C
Pada percobaan ini dilakukan dalam dua prosedur. Prosedur yang pertama, yaitu menggunakan pereaksi benedict, setelah larutan percobaan (asam askorbat) direaksikan dengan pereaksi benedict, larutan tersebut menghasilkan endapan merah bata yang berarti larutan tersebut mengandung vitamin C. Pada prosedu yang kedua, yaitu larutan percobaan (asam askorbat) dinetralkan dengan NaHCO3 dan selanjutnya ditetei dengan larutan FeCl3 dan warna dari larutan tersebut adalah ungu, ini menunjukkan bahwa larutan percobaan (asam askorbat) memang mengandung vitamin C.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada penentuan adanya vitamin A, didapat hasil bahwa minyak ikan mengandung vitamin A.
2. Pada penentuan adanya vitamin D, didapat hasil bahwa minyak ikan mengandung vitamin D.
3. Pada penentuan adanya vitamin C, didapat hasil bahwa larutan asam askorbat mengandung vitamin C.

5.2 Saran
Pada percobaan ini, asisten sudah cukup baik dalam membimbing sehingga meminimalkan kesalahan yang terjadi pada saat pratikum. Di laboratorium, sebaiknya perlengkapan yang dibutuhkan pada saat pratikum dibenahi dengan baik untuk memaksimalkan kegiatan pratikum.
JAWABAN TUGAS

1. Penetuan Adanya Vitamin A
1) Sebutkan fungsi utama vitamin A!
-Mempertahankan struktur dan fungsi jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan proses penglihatan.
2) Sebutkan penyakit akibat defisiensi vitamin A!
-Xeroftalmia, yaitu kerusakan jaringan mata yang akan menuju pada kebutaan).
3) Efek apakah yang dapat ditimbulkan bila seseorang mengalami hipervitaminosis dari vitamin A? Sebutkan gejalanya!
-Efek teratogenik, gejalanya antara lain merasa lemah, sakit pada sendi, rambut rontok, kulit bersisik, dan rasa mual. Dalam kondisi tersebut, dapat pula ditemukan pembesaran hati dan limpa.

2. Penetuan Adanya Vitamin D
1) Apa fungsi H2O2 dan pemanasan dalam percobaan? Jelaskan!
-Fungsinya adalah sebagai peguji apakah dalam larutan terdapat vitamin D. Pemanasan diperlukan untuk mempercepat kerja reaksi dan penambahan H2O2 berfungsi sebagai zat katalisis.
2) Jelaskan mengapa pada pemanasan tidak boleh sampai mendidih?
-Pemanasan diperlukan untuk mempercepat kerja reaksi tapi dalam uji ini tidak boleh sampai mendidih karena akan merusak pereaksi yang digunakan.
3) Sebutkan fungsi utama vitamin D di dalam tubuh!
-Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dalam saluran pencernaan, mempunyai peranan penting pada proses klasifikasi, dan berhubungan dengan aktivitas enzim fosfatase alkali di dalam serum.
4) Sebutkan penyakit akibat defisiensi vitamin D dan gejalanya!
-Rakitis dan osteomalasia, gejalanya yaitu mengalami sirkulasi enterohepatik dan pelunakan tulang.

3. Penetuan Adanya Vitamin C
1) Jelaskan mengapa vitamin C positif terhadap uji Benedict!
-Karena vitamin C aktif adalah asam askorbat yang mencakup Cu+ dimana uji benedict berfungsi untuk mengidentifikasi ion Cu+ dalam suatu larutan.
2) Sebutkan fungsi utama vitamin C dalam tubuh!
-Mempertahankan keadaan zat-zat intersel jaringan cartilage, dentin, dan tulang.
3) Sebutkan penyakit akibat defisiensi vitamin C dan gejalanya!
-Skorbut, gejala yang diperlihatkan dalam bentuk perdarahan subkutan serta perdarahan lain, kelemahan otot, gusi yang membengkak dan menjadi lunak, serta tanggalnya gigi.
DAFTAR PUSTAKA

Colby, D. S., 1988, Ringkasan Biokimia, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1982, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Dua, Erlangga, Jakarta.
Murray, R. K., dkk, 2003, Biokimia Harper Edisi 25, EGC, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Siradjuddin, S., 2008, Penuntun Praktikum Biokimia, Universitas Hassanuddin Press, Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafaddal...insya Allah akan sangat membantu...Kawan